Kamis, 29 Mei 2008

sex-ed untuk calon pengantin

saya termasuk, salah satu dari daftar top ten (huihui bahasa ne)mahasiswa angkatan saya yang nikah duluan
maka, yang terjadi adalah, banyak yang minta petuah, nasihat, pantun dan guridam kepada saya...berasa udah ahli banget, hihihi
mungkin memang ada ya pendidikan pra nikah gitu di KUA buat calon pengantin
tapi karena saya bandel bin pemalas, maka jadilan saya melewati sesi itu, karena yang ngurusin surat-surat, ya kakak ipar saya

saya ingat betul hari pertama saya kembali kerja di sebuah unit konsultasi psikologis di kampus
semua orang sumringah dan semangat untuk menanyakan pengalaman saya sebagai manten baru
sampai ada pertanyaan yang sulit untuk dijawab,untuk saat itu ya, karena saya pikir tabu..
tapi ada satu komentar menarik ketika ada teman yang bertanya mengenai persiapan apa aja yang udah saya lakukan dalam menghadapi malam pengantin
saya cuma senyum...cara aman untuk menjawab bukan
tiba-tiba seorang teman perempuan saya menjawab "ya gak perlu nyiapin apa-apa dong, itu kan naluriah, hewan aja bisa gitu aja melakukan itu"
waktu itu saya hanya menjawab "yah gak gitu juga, paling nggak ada persiapan psikis, perlu juga belajar lho.."

tapi sekarang semakin lama, semakin berpikir seiring pertanyaan sama seringkali muncul..
maka, saya pikir pernyataan teman saya itu tidak tepat sama sekali, komentar sada pada waktu itu pun sama sekali tidak oke untuk menjawab persoalan
sekarang kan gini, sebetulnya filosofi apa yang kita pakai untuk memandang permasalahan seputar malam pengantin itu, gitu kan?
kalo filosofi nya hanya berkutat di permasalahan kebutuhan biologis, maka tak apalah kita berkaca pada hewan yang berbuat sesuai nalurinya
tapi dari sisi manusia, permasalahan ini kan tidak sesempit itu
ada unsur-unsur ibadah, kesehatan dan psikisnya, tergantung berapa banyak dimensi yang kita pakai untuk memandang itu

dari unsur agama misalnya, memandang bahwa hal itu merupakan ibadah. maka ada anjuran-anjuran tertentu, menurut agamanya masing-masing. dalam Islam misalnya, ya harus pake doa dulu, ada juga sunah-sunah yang dianjurkan. perlu tahu gak ya kira-kira. itu kan bukan naluriah
dari unsur kesehatan misalnya. gimana toh melakukan hubungan yang sehat itu. kalau mau dapet keturunan cepet2, apa sih saran dokter.
dari unsur psikis misalnya, apa yang perlu dipersiapkan, karena ini kan memang hal pertama (bagi yang pertama ya...). banyak mitos yang menguap begitu seseorang mengalaminya sendiri "kok gak kayak cerita orang2 ya?" gitu kata mereka
nah mitos-mitos ini kan yang harus diluruskan sebelum praktiknya dilakukan, jadi bukan ngebayangin yang gak realistis, mengalami ketakutan berlebih atau berharap berlebih. bisa gawat...faktor komunikasi yang perlu dijalin juga kan gak diajarin sama naluri biologis kan, dan ini merupakan faktor yang penting

masalah tabu-gak tabu kan tergantung kita bicara dalam konteks apa ya? ketika kita membicarakan ini secara ilmiah dengan bahasa yang netral dalam situasi netral, sangat bermanfaat kan..

Tidak ada komentar: