Sabtu, 30 Agustus 2008

Kisah itu bertajuk “Cooking with love”

Saya, anda, baik istri, suami, anak, cucu, nenek, kakek dan apapun perannya, kita melakukan sesuatu dengan niat
karena niat lah konstruk terdekat dengan perilaku nyata
dan saya percaya bahwa :
“Memasak itu dengan niat bukan? niat dengan muatan tertentu”
tapi sayangnya memasak itu bukan hobi saya, bukan keahlian saya
tapi, dengan niat membahagiakan suami dan anak, supaya mereka dapat asupan bergizi, tanpa penyedap dan pengawet, mulailah niat saya untuk memasak, dan lewat tulisan bunda inong lah niat saya terealisasikan
dia tidak sekedar mengajari saya memasak, tapi juga mengajarkan muatan apa yang perlu selalu kita sertakan dalam memasak
tulus dan kasih sayang
bunda inong tidak berhenti disitu
saya belajar tentang komitmen sebagai perempuan, istri dan ibu
bunda inong yang semakin meyakinkan saya, perempuan cerdas tidak harus selalu menghabiskan waktunya di kantor
dan saya sungguh terkagum2 melihat banyaknya sahabat bunda yang begitu menyayang dan mengenang beliau
saya yakin, semua itu hanyalah sebuah akibat dari niat
niat yang bermuatan, tidak sulit, tidak berat, muatan itu bernama : CINTA
maka, jika saya katakan bunda inong mengajarkan banyak hal, itu adalah amal jariyahnya, karena beliau mengajarkan saya melalui tulisan-tulisannya, dan saya baru membacanya setelah beliau tiada
sekarang saya juga paham, bahwa cara untuk beramal jariyah, bukan hanya lewat sumbangan ke mesjid, tapi ada berbagai cara sederhana, cukup dibumbui dengan muatan CINTA
maka, jika kisah kehidupan bunda inong dianalogikan sebagai proses memasak, dan masakan yang enak dianalogikan sebagai kenangan indah yang ditinggalkan tentang kehidupan seorang manusia. sungguh bunda inong telah berhasil
cantiklah kiranya persembahan ini bertajuk “COOKING WITH LOVE”