Minggu, 04 Oktober 2009

ingatan yang tersisa


Begitu punya saffa, apalagi sudah beranjak semakin besar..video lama rasanya berputar semakin lancar
Dalam beberapa hal saya, dia mirip betul dengan saya
Menguatkan ingatan-ingatan yang hampir terhapus dan kembali menebali cetakannya

Saya itu cucu yang kejam
Saya masih ingat betul waktu bunde (nenek) saya sakit dan saya takut masuk ke kamarnya. Entah kenapa, saya takut memasuki kamar yang remang dengan kelambu di tempat tidur yang biasanya juga saya main di dalamnya. Tidak lama dari itu bunde meninggal. Dengan kursi biru kebesaran saya, sambil bermain-main di teras, tetangga saya lewat “duh, ufi udah gak punya nenek lagi ya...”.lalu dengan kejamnya saya menjawab “gak papa, masih banyak kok nenek lain, bisa beli di pasar”

Saya merasa ndak perlu olahraga
Ketika kecil, saya itu suka berkeringat berlebihan, sering kepanasan di saat orang lain kedinginan. Makanya, pakaian rutin saya seringkali kaos singlet dan daster..

Saya itu memang ekshibisionis dari kecil
Jadi, kalau saya sekarang ini narsis dan ekshibisionis, tolong dimaklumi. Saya suka sekali menyanyi, menari dan membaca puisi. Jadi, mulai dari kecil, kalau ada tamu abah datang, saya biasanya dipanggil ke ruang tamu untuk konser di depan mereka. Pentas rutin lain adalah kalau sehabis makan malam, biasanya kami sekeluarga duduk-duduk di teras sambil makan buah. Naiklah saya ke kursi sambil membawa buku bahasa indonesia yang banyak kumpulan puisinya, dan mulailah saya berteriak-teriak.

Saya itu bukan perempuan mata duitan
Nah ini dia yang nurun saffa, persis. Kami sama-sama tidak tahan untuk duduk. Kalaupun duduk, berarti mesti ada sesuatu yang perlu dikerjakan, bermain-main kursi, coret-coret, atau sekedar mengetuk-ngetuk meja. Susah tenang, dan suka mencari kesibukan yang mungkin bagi orang dewasa cukup mengganggu. Maka, mulailah semua orang dibuat kelabakan dan bete dengan tingkah saya. Habis akal mungkin, kakak saya mencoba merayu “fi, bisa diem 1 menit aja, ntar dapet duit 100”..jadi..karena tergoda, duduklah saya di kursi plastik biru itu..”teh udah satu menit belom sih” dan karena memang baru beberapa detik, ya dijawab belum dong..akhirnya saya memutuskan, apalah arti uang 100 “gak jadi aja deh uang 100 nya, gak papa”

Saya itu nasionalis sejati
Hal terbaik dari masa kecil saya adalah tidur yang selalu dikeloni sama ibu. Hal pertama yang saya ingat dari kebiasaan tidur saya adalah saya susah tidur. Makanya, seperti hal nya saffa, biasanya ibu mempersiapkan saya cepat-cepat untuk tidur. Tapi percayalah, saya tetap akan bangun dan melongok ke ruang TV begitu jam menunjukan pukul setengah 8. Apa lagi kalau bukan untuk sekedar menyaksikan lagu Garuda Pancasila diputar paska berita TVRI.

Saya suka prakarya
Nah, bagian penting dari tidur saya adalah susah tidur. Dikombinasikan dengan ciri yang tidak mau diam, maka jadilah berbagai perilaku “aneh”. Sampe SD kayaknya, saya tidur masih pake alas perlak warna ijo. Dan saya suka sekali membawa gunting ke tempat tidur. Takut sama hantu? Bukan....biasanya kalo belum bisa tidur, tangan saya iseng membuat rumbai di perlak itu. Sialnya, seringkali ketauan ibu kalau bawa gunting ke tempat tidur. Lalu, mulailah perilaku pengganti lain yang tidak terhormat. Perilaku pengganti pertama adalah melubangi cat dinding dan membuatnya menjadi bentuk tertentu. Nah kalau catnya susah..oke..bagian ini sedikit menjijikan..saya suka pakai upil untuk membuat bentuk tertentu. Bentuk paling bagus dan sempurna dari karya saya adalah bentuk not blok yang berbendera.

Tidak ada komentar: