Minggu, 07 September 2008

"heart" dalam bisnis

ah, lagi-lagi kami dipintari oleh orang pintar
yang ini sungguh2 orang pintar
dulu kami pernah dipintari orang yang pintar berbicara semata
menyentuh kami dengan nilai2 kekeluargaan yang membuat kami percaya

sekarang kami dipintari oleh lulusan amerika
sungguh2 lulusan amerika! doktor! seorang dosen, mantan kajur di sebuah fakultas di universitas negeri tertua di kota kami
sungguh2 pintar!
saya sungguh2 dibuat melek tentang kompetensi justru karena dia
karena kompetensi punya 3 hal penting katanya, head, hand dan heart
lha, urusan bisnis sama orang pintar ini ya pasti sudah memenuhi dua aspek pertama
head tidaklah diragukan, hand apalagi, punya perusahaan sendiri bertahun2, mampu bermitra denga pihak asing, wuuihh
sayangnya, saya tidak yakin heart nya dipakai dalam berbisnis

ah, lagi2 saya baru sadar bisnis tidak mudah
dan jangan2 memang bisnis bukan bidang orang2 bodoh seperti kami ini
orang2 naif
tapi, masak kita harus segitu pintarnya untuk bisa berbisnis? pintar berkelit maksudnya
tak paham saya...
ada yang paham?

saya geli sendiri teringat mengenai perkataan saya pada ayah bahwa bisnis kali ini harus ada hitam di atas putih
wuih, ternyata gak ada ngaruh
ada yang mau bawa ke pengadilan untuk sejumlah finansial yang bagi sebagian orang tidak bermakna ini? namanya bodoh, lha wong biaya mengkasuskannya saja bisa lebih besar lagi
lagi-lagi, bisnis memang butuh heart
nurani dan integrity
bisnis tidak hanya sekedar mempertaruhkan dunia
tapi juga mempertaruhkan wajah kita di depan Allah

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Jadi inget sesuatu waktu ufi ngomong tentang naif. Yep, ternyata kerja di perusahaan pun ga boleh terlalu naif.

Suatu saat, waktu weekend mo pulang ke sukabumi, aku barengan GMku yang rumahnya di Bogor. Selama sejam perjalanan, kami ngobrol mulai tentang pekerjaan hingga kehidupan pribadi masing-masing.

Beliau bilang, "Kamu terlalu naif, Git. 'Permainan' di kantor tidak seadem kelihatannya. Begitupun hubungan suami dan istri. Kamu juga baru (waktu itu)3 tahun menikah. Babak belurnya pernikahan belum kamu lewati to?"

Jleb!

Mulai saat itu aku jadi bisa liat office politic di tempatku. Dan bahwa hidup tidak selurus yang ada di fairy tail : Dan semuanya hidup bahagia selamanya.

Udah ga bisa lagi hidup dengan kenaifan kanak-kanak. Padahal itu yang selama ini bikin aku nyaman menjalani hidup...

Ufi Yusuf mengatakan...

iya git, lha jadi naif itu sebetulnya nikmat banget je, husnudzon terus
tapi terlalu naif kadangkala membuat kita juga merasa kurang realistis, malah di satu titik ngerasa gak waras, hehehe
tapi mencoba untuk tidak naif pun kadangkala merasa dibayangi kekhawatiran..
ya harusnya kontingensi aja kali ya?