Senin, 19 November 2012

Ikut mengikuti, ajar mengajari

Kemarin selepas dzuhur, saya duduk-duduk di tempat tidur ibu,  ngobrol  mengenai karakteristik anak kecil. Sampailah kami pada pembicaraan mengenai betapa berpengaruhnya pengalaman semasa hamil pada pembentukan karakter anak. Saya sendiri sangat percaya bahwa kondisi emosi ibu selama hamil menjadi salah satu faktor penentu temperamen dan kebiasaan anak.

Saya ingat ketika kecil dulu--bahkan sampai sekarang--Saffa bukan tipe yang mudah untuk terlelap, terutama di malam hari. Jadi, kalau saya berharap Saffa untuk bisa tidur pukul 8, ada baiknya saya mengkondisikan tidur sejak pukul 6 sore. Karena kalau saya bawa masuk pukul 8, alamat dia baru tidur pukul 10 atau setengah 11. Lalu tetangga saya komentar, "ini bu Ufi pasti pas hamil sering begadang"..saya pikir-pikir, begadang memang hobi saya, dan bukan hobi bang rhoma irama, hehe *ditabok bang rhoma. Saya memang lebih enjoy untuk kerja di malam hari paska pukul 10, pikiran lebih terang, apalagi waktu itu jadwal kuliah dan tugas sedang padat-padatnya.

Dan triiinngg..tiba-tiba saya juga kembali mengingat komentar kakak saya mengenai salah seorang anak perempuannya yang menurutnya agak "darah tinggi". Menurut beliau karena pas hamil, dia cenderung kemrungsung dan sering marah-marah. Tapiii...monggo lho dibuktikan dulu dengan penelitian, karena memang asumsi ini belum terbukti secara ilmiah.

Tapiiiii...apa terus cuma hal ini aja yang mempengaruhi emosi dan perilaku anak? dan Saffa mengingatkan saya pelan-pelan ketika kami di kamar mandi..(haaaa? kenapa sih insight sering datengnya malah di kamar mandir??)

Saya : (senandung)...."perahu kertasku terus melaju, membawa surat cinta bagimu..."
Saffa : "ibu nih ngajarin nyanyi cinta-cintaan, nanti aku ngikutin ibu lho.."
Saya : (mulai iseng)..."ibu kan gak ngajarin kakak, kalo ibu ngajarin, ibu akan bilang, nih kak, ibu nyanyi, terus nanti kak dengerin, ikutin, ulangin lagi ya lagu ibu..nah itu baru namanya ngajarin.."
Saffa : "ya nggak gitu ibuuu, kan nanti adekku ngikutin aku, nah sekarang aku ngikutin ibu..jadi ibu ngapain, aku ngikutin ibu"
Saya : (ketawa ngakak).."jadi kakak ngikutin ibu gitu?"
Saffa : "iya, nanti aku ngikutin ibu, adekku ngikutin aku...emang ibu mau nanti adekku nyanyi cinta-cintaan juga?"
Saya : " ya nggak...ya udah kita nyanyi burung kakak tua aja..."

dan kembali teringat ===Behaviour = f (p,E)
*salaman sama buku psikologi sosial

pic: http://parentingotherschildren.wordpress.com/

Jumat, 02 November 2012

Yang berlalu, yang terlupakan, yang termaafkan..

Pagi ini seperti biasa berjalan-jalan dengan bantuan koneksi dan jari..
Bukan lagi "rumah" orang yang dikunjungi, saya sedang ingin inspeksi ke "rumah" saya sendiri
Tahu ndak? saya kaget lho..banyak hal yang ternyata sudah terlupa
Tadi sampe mikir, mosok sih pernah mengalami itu? mosok sih pernah kayak gitu?
Syelamaaaat sodara ufi..sekarang semakin paham kan betapa pentingnya knowledge management ?*dislentik*

Tapi bagi saya pribadi, masalahnya bukan semata penyimpanan knowledge..tapi perjalanan pemahaman hati. Saya beneran terkaget-kaget dengan apa yang pernah saya alami, sangat menyakitkan dan terkesan traumatik di masa itu, tapi saya bisa lupa sama sekali. Bisa lho saya lupa, padahal saya ketemu tokoh di dalam kisah itu beberapa kali lagi setelah saya lulus.
Entah karena saya pelupa atau memang dulu itu saya repres ke alam bawah sadar saya sehingga kalo kata orang jogja bilang "nggak inget babar blas". Dan saya memilih alasan, terlalu banyak hal baik yang saya alami sehingga saya bisa lupa dengan kejadian-kejadian buruk itu..

Dari tulisan itu, saya belajar bagaimana saya menata perilaku dan hati di saat itu. Sekaligus membayangkan apa yang saya lakukan kalau itu terjadi saat ini. bagian paling ngeri nya ya membayangkan yang terakhir itu, ahaha...

Tapi kemudian, saya bertanya lagi pada hati saya, apa kalau kondisinya kayak gitu, dulu artinya saya sudah memaafkan? Kalau pakai asumsi lupa=maaf, itu berarti sudah termaafkan ya..hehehe, apalagi kalau bertemu orangnya, saya juga udah gak bikin asosiasi dgn kejadian buruk itu, sehingga saya juga memperlakukannya dengan buruk.

Kalau ayah pernah menulis tentang alam yang bisa menyembuhkan lukanya sendiri dan dibantu oleh orang-orang ikhlas (http://meretasjalan.wordpress.com/2012/10/09/kebun-berbatu/). saya rasa itu mungkin bisa berlaku juga pada manusia. Perjalanan kehidupan (terkadang) (seringkali) bisa menyembuhkan dirinya sendiri.Ada banyak bagian terbaik dari diri kita, hal baik, orang baik, kejadian baik di dunia ini yang bisa "menyembuhkan" hati kita.



pic : http://theweek.com/section/cartoon/62/225276/sports