Selasa, 31 Maret 2009

kenapa saya harus menikah?


dunia ini kadangkala aneh
sungguh aneh
emm..mungkin tidak terlalu aneh
dan mungkin itu tidak pantas disebut keanehan
bila disaat sama seorang perempuan gundah merindukan untuk dilamar
dan pada saat yang sama seorang pria telah mencoba berkali-untuk mendapatkan istri

saat yang sama perempuan minta dicarikan suami
saat yang sama para lelaki pun meminta dicarikan istri
trus, kenapa dong gak nyomblangin?
ya gak sesederhana itu dong

wahai para lelaki katakan pada kami, apa yang membuatmu enggan menikahi perempuan?
karena belum merasa mapan?
ya wajar sih ya, diantara perempuan ada yang berharap kemapanan, namun tak sedikit pula yang mampu untuk berjuang bersama dari awal bersamamu

wahai para perempuan, katakan pada para lelaki itu bahwa kau memiliki kegundahan pada konsekuensi pilihan karir dan keluarga
ya wajar sih ya, karena diantara lelaki itu ada yang keberatan istrinya bekerja, namun masih banyak pula yang tak keberatan engkau berkarir, melebihi dirinya, bahkan punya kesanggupan untuk mendorong karir mu lebih dari yang kau harapkan

wahai para lelaki, katakan pada para perempuan itu, bahwa keluargamu mungkin belum setuju dengan rencana pernikahan kalian
karena tidak sedikit yang dengan senang hati membantumu berjuang untuk mempersatukan hati-hati yang terserak, meskipun mungkin kau pun akan menemukan perempuan yang acuh dan egois karena merasa pernikahan milik berdua saja

wahai para perempuan, katakan pada lelaki pilihanmu, bahwa mungkin kalian perlu berusaha lebih keras untuk menentukan tanggal pernikahan
karena mungkin ada yang berniat sungguh-sungguh untuk mendampingimu, meskipun kau harus cermat karena ada pula lelaki dengan hati lemah

see
kita semua mempunyai pilihan
dimana posisi anda sekarang
mau pilih jenis perempuan yang mana
mau pilih jenis lelaki yang mana
semua punya pilihan
mau ambil yang di jalanan
atau ambil di butik mahal

tidak mudah menemukan titik dimana..
kita sadar betul dengan apa yang kita harapkan
kita sadar betul dengan kenyataan yang ada
dan kita sadar betul bahwa hidup dengan kenyataan bukan dengan harapan
mengharap suami sholeh dengan hidung mancung oke aja
tapi kalau kenyataannya di depan mata lelaki sholeh hidung pesek gimana bu?
ditolak gitu aja?
pfffuhh..
kalo saya mungkin akan menolak, karena hidung saya juga pesek, bisa2 gak ada kemajuan, hehehe, ndak ding
tapi apakah kita bisa menerima dan menoleransi itu
ada yang bisa menoleransi kesholehan, tapi ada yang bisa menoleransi kemancungan, beda-beda kan?
susahan mana sih cari lelaki sholeh dengan cari lelaki mancung?
*sama susahnya bu*
tapi hidup kan memang tidak selalu sesuai harapan kan?
ideal..aduh siapa yang gak pingin
tapi, kalo gak ketemu?
apa boleh buat..mungkin menyusun prioritas?
nah begitu ketemu yang idaman, dia gak mau, nah lho
di saat begitu, berharap tangan Allah menari indah untuk hidup kita

dan lihat
bahwa tiap pilihan punya konsekuensi
konsekuensi senang, konsekuensi sedih
duh bu, siapa sih yang gak suka konsekuensi horray
tapi lihat, apa yang kita buat dengan konsekuensi negatip
komitmen..kedewasaan...beberapa dari kunci, mungkin ada lagi??


poto : http://www.flickr.com/photos/tinting78/958924846/

Jumat, 27 Maret 2009

caleg perlu psikotes?*ngayal*


saudara-saudara sebangsa dan setanah air
apa yang saya rasakan mendekati pemilu ini
sesungguhnya tidak terlalu peduli
kenapa?
karena saya sulit sekali menemukan keyakinan pada pemilu
plus, saya gak didata
jadi??? keputusan ini biar jadi rahasia saya aja ya

cuma ngeliat banyaknya itu poster yang penting gak penting
kenapa penting : bisa sebagai sarana untuk memperkenalkan
gak penting : pfffuh, kok saya jarang ya liat mereka memperkenalkan diri plus visi dan misinya, jadi kayak poto narsis aja kan?
dan disaat yang sama, saya lagi intens ngasong, jadi pikiraneun
gimana sih proses mereka itu jadi caleg?
wong mau masuk jadi petugas admin yang kerjaannya ngetik2 aja mesti pake psikotes
masak mau masuk jadi wakil rakyat lebih gampang dari sisi filter karakteristik pribadi?

tapi sodara..
politik mungkin memang complicated
apalagi kalo urusannya udah campur sama intensi ekonomi
aiiih...puyeng

nah, trus kalo udah dites tuh
tiba-tiba di poster mereka ada profil psikologi nya..lucu kali ya
*begini caranya, langsung dipecat sama himpsi padahal ndaftar aja belom*
kalo visi dan misi pasti pergi ke samudera dalam aja tuh ya
wong sekarang aja pergi ke laut luas

cuma ketawa2 sendiri aja sambil ngekhayal
ngebayangin rejeki nya psikolog kalo pas musim pemilu bisa banjirrrr
soalnya semua caleg wajib psikotes
trus yang ngasong kayak saya juga pasti gak bisa rebahan lama karena bikin laporan terus
wong caleg nya sebanyak itu
*eheheh..kok ini terakhir kethok kapitalis nya gitu*

pic :http://www.askmee.org/wp-content/uploads/2008/10/psychology.gif

Jumat, 20 Maret 2009

saya merenung

senin ini tepat sebulan
telah sebulan
berkutat dengan rindu
bermandi matahari
berteman angkot
membesarkan betis

hingga di suatu titik
saya sungguh berada di titik kesyukuran yang tertinggi
punya suami hebat, anak cerdas...
berjalan kaki ke pasar hampir setiap hari
membuat kepala saya menemukan ruang jeda untuk merenung

capek? ya
berat? hemm
hingga ada masa saya menyadari mengenai permainan persepsi
saya melihat dunia, seperti saya ingin mempersepsikannya

angkot itu...yang datang setengah jam sekali
belom tentu dapat duduk pula..tapi...
angkot yang memberikan pelajaran berharga
tentang berjuang, tentang bekerja, tentang keramahan
saya sungguh percaya bahwa Allah memberikan saya keberuntungan yang tak ingin saya hitung, karena saking banyaknya
berjalan kaki itu
membuat saya menemukan arti kenyamanan, ketulusan

tiba-tiba saya menemukan Allah yang sungguh menyayangi saya
mulai dari hal sederhana, seperti menemukan angkot 30 di depan kompleks
sampai orang-orang baik hati yang menawarkan tumpangan

tiba-tiba saya menemukan diri saya
yang keras hati melakukan apa yang saya anggap mampu
bukan yang mengkotakan tanggungjawab atas area jender
yang ngotot untuk menyelesaikan tanggungjawab
meskipun artinya saya mesti menempuh jarak tak sedikit

tiba-tiba saya menemukan pola menarik hubungan saya dengan kak saffa
kapan saya harus menarik, kapan saya harus mengulur
tiba-tiba saya menyadari ia begitu mandiri, bangga sekali

ini sudah sebulan
sebentar lagi kan
yang sabar ya...