Selasa, 29 April 2008

perempuan perkasa atau perempuan manja

Naik angkutan umum--di samping cuapeknya yang luar biasa--tapi juga membawa keasyikan tersendiri bagi saya. ketemu banyak orang, interaksi, mendengar obrolan orang (lhoo??), melihat sudut jogja dari perspektif lain

Serius...2 tahun belakangan ini bagi saya merupakan perjuangan
sejak hamil, melahirkan, 2 minggu kemudian saya harus langsung masuk kuliah, dan seterusnya hingga hari ini
beberapa orang mungkin mempertanyakan "kok bisa?"
"emangnya luar biasa?" karena saya sebenarnya sungguh merasa biasa
meskipun memang capeknya pun luar biasa. kalo teman-teman punya waktu luang untuk ke perpus, waktu saya banyak kortingannya. kalau temen-temen capek di rumah, pulang bisa langsung tidur, urusan saya masih panjang sampai saffa tidur, habis itu ya bikin kerjaan kampus lagi..makanya saya suka kesel kalo ngerjain tugas secara kelompok, ada temen single yang belum ngerjain...alamaaaak..KAYAKNYA PERKASA YA??

minggu kemarin saat saya naik angkot, saya sempet ngobrol dengan ibu-ibu yang bawa anak dua di angkot. satu anaknya udah SD, satu lagi 11 bulan. dia naik angkot santai bener, gak riweuh...dan itu biasa dilakukannya..bolak-balik antara rumahnya dan mertua..waaaah...kalo saya pasti udah banyak excuse nya, lha wong dulu kondangan aja--pas ayah belum beli mobil tua ini--saya milih bayar taksi aja, gak tega sama saffa. SAYA KOK MANJA

siang ini, saya kembali naik angkot untuk pulang. turun dari angkot, amaze lah saya ada ibu-ibu mau naik angkot, bawa anak usia setaonan gitu, trus dia bawa sekitar delapan kardus mie instan+1 kantong plastik..dengan tergopoh-gopoh naik angkot
padahal kalo saya, bawa saffa aja mesti gantian ma ayahnya, berat kan? apalagi nambah kardus dan kantong, dan sumpah saya gak bisa ngegendong saffa pake gendongan
SAYA MEMANG MANJA

KESIMPULAN
saya kok jadi manja ya..
kenyamanan kadang justru membuat kita lupa, bahwa banyak hal yang perlu diperjuangkan...

Minggu, 27 April 2008

Kejar mengejar...

semester ini mudah2an jadi semester terakhir saya di jenjang ini
selain karena alasan finansial untuk semester depan yang tidak ada posnya, saya sungguh ingin membuktikan bahwa pengorbanan ayah dan saffa tidaklah sia-sia
tidak mudah menjalani dua peran sekaligus, tapi saya juga menegaskan, tidak juga sulit

sungguh saat ada orang berkata, paling enak jadi mahasiswa, saya akan bilang..."ah masssak siiiih?"
memasuki fase tesis membuat saya harus mengatur tanggungjawab saya sendiri
karena sungguh tidak ada yang akan mengejar2 anda dan menentukan kapan deadline pekerjaan anda harus diselesaikan (terutama kalo ini semester pertama anda menjalankan tesis)
tapi beruntungnya, paling tidak, saya dikejar2 suami, hehe
yang lebih parah, kejadian ini seperti cinta segitiga, karena akibat pengejaran suami saya, saya jadi sering mengejar dosen...untungnya, dosen pria itu tidak mengejar suami saya :>

begini kejadian lengkapnya :
pertengahan maret : saya menyerahkan proposal tesis yang telah mendapat surat PUAS dari dosen teknik penulisan tesis kepada dosen pembimbing tesis saya (selanjutnya disebut DPT)
akhir maret:saya kembali menemui DPT untuk mendapatkan umpan balik
"maaf saya belum sempat baca"
saya menemui proposal saya masih rapi tersimpan di meja kerja blio (sabar...sabar...)
bersamaan dengan itu saya serahkan tambahan hasil pekerjaan saya untuk melengkapi alat penelitian
"kamu temui saya hari minggu ini di rumah saya"
OK

hari minggu berikutnya sesuai yang dijanjikan
"maaf saya belum sempat baca, saya sibuk sekali minggu ini, ini baru pulang layatan dari klaten"
....mulai ngambek...
"kita ketemu rabu ini"

rabu akhirnya tiba
"maaf file kamu lupa saya simpan dimana"
GEDUBRAKKKKKK
lumayanlah diskusi, setelah saya berikan hasil pekerjaan saya yang baru

PATUT DICATAT:
UNTUK MENGERJAKAN INI SEMUA, DENGAN SISTEM MENCICIL, SAYA HARUS JADI IBU TEGA NIAN YANG MENGUNGSIKAN ANAK MAIN DI LUAR BERSAMA PENGASUHNYA, SELAMA PALING TIDAK DUA JAM SETIAP HARI"

ketemu lagi jumat
"ini punya mu kan?"
"pak, ini yang lama yang belum revisi"
GEDUBRAK....GELUNDUNG...GELUNDUNG

berikutnya adalah perjalanan yang syarat dengan makna (ciaaaai)

Ya Allah ampuni kami semua
ampuni saya dan teman2 yang berniat untuk menyekap anak DPT (yang kebetulan teman seangkatan saya ketika S1 dulu) sebelum hasil pekerjaan saya diperiksa
ampuni saya ketika suatu hari saya sengaja telah memenuhi janji bertemu beliau, karena penasaran, dan menuntut keadilan...soalnya dari berbagai janji, blio terus yang telat...maksudnya supaya impas, tapi tetep menang beliau 8-1
mudah2an tesis saya lancar

sungguh suami dan anakku
bukannya ibu jatuh cinta lagi sehingga harus jatuh bangun mengejar pria lain
meninggalkan rumah untuk memenuhi janji dengannya
dengan duapertiga memaksa beliau untuk bertemu bum seminggu tiga kali
semua untuk cinta dan pengorbanan yang telah ayah dan saffa berikan untuk bum
LuV

Rabu, 23 April 2008

Malpraktek service excellent di kampus ku

ini mengenai apa yang terjadi di hari perempuan 21 April lalu
bukankah saya harusnya merupakan salah seorang yang begitu bersyukur dan berbangga pada hari itu?
sungguh saya sangat berbangga pada bu Kartini, karena pada kenyataannya di hari itu, saya memang telah mampu berada di kampus tercinta, perempuan kini telah mampu menjangkau pendidikan tinggi...
namun apa yang terjadi dihari perempuan ini sungguh tidak ada kaitan dengan diskriminasi perempuan
tak ingin saya, kampus saya dicaci maki orang karena dianggap tidak menghargai perempuan
sungguh bukan tentang itu, tapi tentang hak mahasiswa, baik perempuan maupun laki-laki...

Katakanlah bahwa saya merupakan salah satu mahasiswa setia
sejak S1 hingga pendidikan profesi, saya mengambil di universitas yang sama
Siapa yang tidak mau menjadi bagian dari universitas tertua ini ?

Pagi hari, saya menonton televisi--yang rata-rata membahas tentang peran perempuan--dan pagi itu saya terhenyak dan terkagum dengan perkataan my favorite Menkes :
"Ayah saya berpesan, bahwa jangan pernah mengejar apa yang telah digariskan untuk kita (rejeki), karena pasti akan datang, cobalah untuk melakukan hal-hal baik lain untuk orang lain"
Waaaw..that's beautiful words that i've ever heard today
Yang saya tidak tahu, Allah telah merencanakan sesuatu hari ini, untuk menguji penghayatan saya mengenai pernyataan yang indah itu..

Pergilah saya ke kampus untuk bertemu dengan DPT(cerita ttg ini menyusul...)
Tanpa sengaja, teman ada rencana bertemu dengan dosen lain, yang saya juga ingin ketemu dengan beliau untuk membicarakan tesis saya, dan menyerahkan CD hasil PKP saya
Akhirnya, setelah sekian lama menunggu, pukul 10.30 nampaklah blio
Pergilah saya menunggu di depan ruangan..taraaaaaa....apa yang blio katakan begitu melihat saya : "Ngapain kamu disini? Kamu kan harusnya ikut seleksi beasiswa Tanoto?"
"saya kan gak masuk pak.."
"lho, kamu itu masuk, lha wong saya yang ngurus" blio kan emang juga njabat di biro karir universitas
"pengumuman nya dimana pak?"
"gak tahu, mungkin dibawah"
Lemaslah saya
saya coba cek ke pengumuman S1 yang ada di gedung A. semakin lemaslah saya, karena nama saya tercantum disitu, namun dicoret spidol
pergilah saya ke kantor S2 profesi untuk menanyakan ini...dan apa mereka bilang "memang gak ada nama mbak, hanya mbak yang lain itu saja, coba tanyakan ke bapak...yang mengurus kemahasiswaan S1"
Believe me, i should wait for 1 hour until the office break
"pak, saya mau tanya, apakan saya termasuk peserta seleksi tanoto?"
"Lho mbak, coba saya cek sebentar"
semakin lemaslah saya, air mata sudah diujung tanduk, nama saya disana
ramailah ruangan itu, dengan berbagai penjelasan tentunya
apa yang saya rasakan ? SEDIH..SAKIT
thanks to tante nur, nganterin saya ke tempat seleksi, mencoba memperbaiki keadaan
NASI SUDAH JADI BUBUR
penjelasan lagi yang saya dapat disana...(kebetulan kembali saya ketemu dosen saya yang ngurus biro karir)
saya sangat menghormati beliau. saya menghormati aturan main dan prosedur yang telah disepakati...
"bagi perusahaan, tidak rugi, wong yang kosong cuma tiga baris, tahun lalu hampir separuh"
are u ok? i'm not ok...ini bukan lagi tentang persentase, kami bukan angka, kami adalah pembawa nasib, ini adalah tentang pengharapan yang diputus bahkan sebelum kami mengharap apapun, apalagi diberi kesempatan berusaha
"sekarang harus ikhlas, akan lebih baik, kamu percayakan ini kepada saya, supaya tidak ada gempa"
Ok, i believe in u..saya percaya dan hormat pada beliau
saya mendapat telepon kembali dari blio mengabarkan bahwa blio sudah koordinasi dengan WaDek Kemahasiswaan
"ternyata hanya kamu yang tidak datang...."(dengan mendeskripsikan jumlah secara jelas...)
come on...kenapa kita harus kembali membicarakan persentase, seolah tidak ada yang dirugikan, seolah saya yang salah...seolah saya hanyalah hasil perhitungan statistik yang diluar sebaran dan jumlahnya tidak signifikan
SAYA SEDIH..SAYA SAKIT...SAYA MERASA DIZALIMI
ataukah interpretasi saya yang salah tentang apa yang blio katakan

I just try to talking again to mysound in my heart
ini tentang apa yang tadi pagi saya dengar
ini tentang pilihan untuk berbuat sesuatu
Saya tidak ingin ada orang yang mengalami hal sama seperti saya
terbuang percuma tanpa diberi kesempatan
saya putuskan :SAYA AKAN BERBUAT SESUATU, INI TENTANG DISKUSI DENGAN SYSTEM ORGANIZER

terimakasih kepada ayah, yang telah memberikan penguatan atas jalan yang ibu pilih
2 hari saya mencoba untuk bertemu Dean, tapi sulit, karena blio lagi rapat intensif
maka saya pilih lewat surat
pada hari yang sama, saya mendapatkan telpon dari WaDek Kemahasiswaan yang menyatakan permintaan maafnya secara pribadi dan organisasi
bagi saya pribadi, maaf sudah lewat, tanpa diminta
SEMOGA ALLAH MENGAMPUNI DOSA KITA SEMUA

Kamis, 17 April 2008

membuat keputusan..apakah sudah final??

mendekati kelulusan saya (insyaAllah..) ada beberapa orang mempertanyakan, setelah lulus, mau apa? mau kerja apa?
saya kembali bertanya pada diri sendiri, apa tujuan saya dulu melanjutkan kuliah?
kayaknya bukan cuma untuk lulus, trus kerja aja...selain untuk mengisi waktu luang (hehe..) saya berharap ilmu di tingkat lanjut ini memberikan kesempatan kepada saya untuk memiliki waktu kerja yang fleksibel

beberapa orang menyarankan saya menjadi konsultan, tapi saya pikir tidak akan semudah itu, lha wong saya ini anak bawang, belum melek banget, masih butuh dititah dan dituntun
saya pun menengok kembali kepada peran saya sebagai perempuan. peran yang diberikan oleh takdir sekaligus budaya
peran sebagai ibu, yang merupakan pilihan hidup yang menyenangkan, sebagai bagian dari memenuhi takdir saya di dunia ini
peran sebagai istri, merupakan pilihan pula, takdir
apa yang tercampur di dalamnya, juga ada bentukan kultural, bahwa ibu merupakan salah satu pihak yang paling bertanggungjawab atas pendidikan anak di rumah

menengok kesini...saya kembali menoleh ke masa-masa dimana saya sedang mengerjakan PKP, saya pergi jam 7, pulang jam 17.30, sebelumnya, ketika kuliah saya masih penuh, saat usia saffa masih 2 minggu, jadilah saya merasa durhaka terhadap anak, karena harus meninggalkan anak saya dari jam 7-17
saffa sama sekali tidak bisa protes, kalaupun protes, ada masa saya tidak memahami itu, meskipun dalam satu kesempatan, saya merasa dia kecewa pada saya karena sering ditinggal
jadi ketika saya hendak melangkahkan kaki saya ke era baru setelah kelulusan, maka saya akan kembali berpikir mengenai kondisi ini
tadinya ada sebuah ambisi yang besar, mengejar karir di perusahaan yang menawari saya kerja setelah lulus, bekerja sampai di titik manajerial, menjadi perempuan sukses..lets make definition about perempuan sukses. kembali saya berpikir, apakah perempuan sukses itu hanya dalam konteks kerja? saya pikir tidak...
saya kembali menimbang-nimbang mengenai kenelongsoan dan kebahagiaan

akhirnya, di suatu malam, di sebuah rumah di pedesaan (maklum, rumah saya dekat dengan sawah, hehe), saya membuat pertanyaan : "yah, apakah ayah akan mengharuskan bum untuk bekerja?"
"ya, gak lah bum, yang penting itu saffa..."
"yah, kalo ayah bersedia untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, dan sanggup untuk itu, rasanya bum akan bekerja hanya untuk aktualisasi diri saja, tidak mengejar materi, tidak ngoyo...biarlah separuh waktu terjaga saffa, bum menemaninya"
"beneran nih?"ayah mencoba menegaskan
.........................................diam dan sepi................................

Selasa, 08 April 2008

saffa semakin besar

sore kemarin rasanya jadi sore yang begitu panjang dan jelas-jelas tidak menyenangkan
sehabis dibersihkan setelah makan, saffa tidak mau beranjak dari kamar mandi, dan ingin tetap bermain air padahal di luar dingin gak keruan karena hujan

jadilah saffa berteriak-teriak sambil menangis...
ketika dipakaikan baju, masih pula teriak sambil menangis
menunjuk ke atas lemari pakaiannya, masih sambil menangis
digendong oleh ayah, masih saja menangis
lalu muntah..berhenti sebentar, menangis kembali
diberi nen..berhenti sebentas, menangis kembali
apa sebetulnya yang diinginkan saffa?
saya frustasi, menangis pula saya, tanpa teriak tentunya
baru agak lebih baik setelah ayah mengaji ayat kursi sambil mengelus punggungnya

kalaupun pada saat itu saya menangis
saya sedih karena tidak mampu memahami apa yang terjadi padanya
saya menangis karena ini merupakan pola baru protesnya...dan ini bukanlah pembelajaran yang positif
saya hanya sadar bahwa ia semakin besar, semakin cepat dewasa, dan logikanya sungguh luar biasa
dan tugas kami sebagai orangtua adalah membantunya menuntun logikanya dalam perspektif yang masuk akal dan sesuai dengan norma dan nilai

Senin, 07 April 2008

ketika kita menua...

ini adalah perdebatan, sebetulnya lebih pantas disebut tawar menawar antara saya dan suami. sederhana saja, kalau ada satu hal yang kami belum sepakati adalah mengenai jumlah anak yang kami rencanakan..
saya ingin anak paling banyak 3 aja. sebenernya alasan mengenai optimalisasi perhatian dan tentu aja pertimbangan biaya pendidikan yang semakin menggila menjadi pemikiran yang harus dikenali dari sekarang. kalau tetangga saya yang punya dua anak SD saja mesti membayar sejutaan hanya untuk SPP, berapa biaya yang harus saya keluarkan nanti. sementara, kalo menurut Kiyosaki, kami adalah kelompok pekerja yang terjerat hutang, hehe...maklum mesti nyicil rumah.
sementara suami ingin punya anak 5 (Ya Allah, tolonglah saya...), dengan pertimbangan rame. ya sebenernya reasoningnya juga masuk akal, apalagi diliat dari latar belakang suami yang hanya dua bersaudara, sepi katanya. maunya ada anak yang nemani kita pas tua, gitu kata suami.
tentu saja saya berkelit, abah dan ibu punya anak enam, semuanya terbang-terbang, gak ada yang nemani ibu saya yang sekarang sendirian di rumah. bukannya tidak mau, kami dibesarkan dalam nilai menjunjung privasi, dan menurut agama yang kami anut, rumah yang sehat adalah yang hanya ada keluarga batih. sementara ibu saya untuk diajak tinggal di rumah anaknya juga ndak mau, karena ya permasalahan privasi tadi.
saya sempat membincangkan ini dengan ibu, mengenai anak yang akan kami "sandera" untuk menemani kami di masa tua. ibu saya dengan sederhana menjawab "lha anak dibesarkan, masak mau dipegangin terus, lha dia itu sudah punya masa depan sendiri kok, kayaknya karma ya fie, semua yang sudah tua ya harus siap ditinggalkan, dulu ibu juga berumah tangga sendiri, lha gimana lagi lha wong bunde (nenek saya) gak mau ikut juga"
bagi saya, apa yang dikatakan ibu saya lebih masuk akal sekarang. keberhasilan orangtua justru akan nampak saat anaknya mampu untuk mandiri, membangun "rumah" mereka sendiri. menjadi sendiri adalah bagian dari fase yang harus kita jalani. seperti apa mendefinisikan sendiri itu, apakah menjadi kesepian, atau hanya permasalahan sendiri secara ragawi. ketika kita menua, ibarat tugas yang sudah selesai, pensiun begitu bagi yang karyawan, tinggal bagaimana kita memaknai perjalanan kita selama penugasan. apakah pensiun itu sebagai bagian dari pembuangan dan ketidakberhargaan, itu merupakan pemaknaan pribadi. saya berharap ibu saya memaknainya sebagai keberhasilan untuk mengantarkan enam anaknya membangun "rumah" nya masing-masing.